Thursday, February 23, 2012

Valentine 2012

Human kind
Cannot bear very much reality
                         T.S. Eliot


Beberapa kejadian terakhir di bulan Februari mengingatkan saya pada novel dystopia Margaret Atwood The Handmaid’s Tale. Pertama, berita penghancuran patung Budha bersejarah di museum Maladewa, yang mengingatkan pada perilaku Taliban di Afghanistan beberapa tahun silam. Kedua, ajakan (dari dan ke email kantor!) mengikuti kampanye berpakaian tertentu tepat di hari Valentine (namun bukan pakaian bebas berwarna pink), untuk menyebarkan pemakaian jenis pakaian tersebut, sebagai bentuk perlawanan yang didasari ideologi ekstrim kanan. (Mengapa dua puluh tahun lalu tidak ada kampanye yang menganggap peringatan hari Valentine begitu serius, dan semua hanya menganggapnya sebagai sesuatu yang lucu dan kekanakan? Mengapa sekarang pakaian demikian penting, lebih penting dari memberantas masalah peledakan penduduk, kemiskinan, kebodohan?) Ketiga, meningkatnya gerakan konservatif di Eropa untuk mengimbangi radikalisme dari Timur Tengah.

Dunia seperti kembali ke abad pertengahan. Seolah kampanye sepanjang waktu di semua tempat ini - sekolah, televisi, media cetak, tempat ibadah, jalan raya – masih tidak cukup juga, sehingga harus masuk ke dalam ruang kerja di kantor. Demikian arogannya memaksakan kebenaran ideologi sendiri pada orang lain…

Rasionalisme, science, seperti demikian jauh dan tak terjangkau sebagian besar orang di bumi… Teknologi, yang diciptakan dari peradaban yang berdasarkan pencerahan, telah digunakan untuk menyebarkan ideologi yang berlawanan dengannya.

Dalam novel Atwood, negara dikendalikan oleh pemerintahan diktator teokratis, yang semula menebarkan pengaruhnya secara perlahan tanpa disadari oleh kaum liberal dan moderat, sampai ketika suatu saat muncul keadaan kritis, mereka mengambilalih kekuasaan dan menindas lainnya.

Para ahli biologi evolusioner menyatakan, perubahan ke zaman modern terlalu cepat, sehingga pikiran manusia - yang selama ratusan ribu tahun hidup hanya sebagai kaum pemburu pengumpul - tidak dapat mengikuti perubahan tersebut. Akibatnya, kita hidup dalam dunia yang penuh kekerasan dan tidak dapat menghadapi kenyataan sebagaimana adanya.

Kosmolog Carl Sagan pernah berusaha menunjukkan kenyataan itu dalam A Pale Blue Dot. Bumi hanyalah satu debu tak terlihat di antara seratus miliar bintang di tepi redup sebuah galaksi diantara empat ratus miliar galaksi lainnya…di dalam kegelapan dan keganasan alam semesta yang sunyi…tak ada tempat lain, tak ada yang dapat menolong manusia selain dirinya sendiri… namun banyak orang demikian angkuh dengan kebenaran yang diyakininya, hingga memaksakan kehendaknya kepada yang lain dengan segala cara, jika perlu dengan kekerasan.

Evolusi menjelaskan bahwa manusia memiliki ikatan dengan seluruh makhluk hidup di bumi dan tidak diciptakan secara tersendiri dengan tiba-tiba. Kosmologi menjelaskan bahwa alam semesta dapat tercipta dari ketiadaan. Namun betapapun banyaknya fakta yang diajukan, kenyataan itu tak mudah diterima manusia…karena membuatnya merasa tidak berarti, tidak istimewa, dan tidak memiliki tujuan…

Namun benarkah hal itu? Tidak, terutama jika kita selalu berusaha memahami cara bekerja alam semesta. Sebagaimana dinyatakan fisikawan Steven Weinberg, “….The effort to understand the universe is one of the very few things that lifts human life a little above the level of farce, and gives it some of the grace of tragedy.”
  
Kampanye berpakaian tgl 14 Februari 2012



Ilustrasi novel The Handmaid's Tale

No comments: