Tuesday, September 19, 2006

ESQ Training

Suatu hari, saya mendapat laporan bahwa sebuah lembaga keuangan mikro (LKM) menggunakan dana subsidi pendidikan (yang seharusnya untuk meningkatkan kompetensi teknis) untuk training esq. Saya sedikit terkejut... demikian trendnya training ini (menurut iklannya telah ada sekitar 200 ribu alumni), sampai sebuah lkm juga merasa harus mengikutinya.
Tapi pertanyaan kemudian muncul: seberapa penting dan perlukah training ini, sampai semua perusahaan merasa harus mengirimkan pegawainya? Saya justru merasa prihatin, karena training yang berlabel “Leadership” di belakang kata-kata emotional dan spiritual ini sesungguhnya mengajarkan indoktrinasi agama dan cenderung meningkatkan konservatifme. Tak jauh beda dengan seminar Amway yang bernama Leadership Seminar, namun berisi brainwashing untuk menjalankan skema piramid berkedok mlm.
Berikut beberapa hal yang dapat menjadi catatan dari training esq profesional yang pernah saya ikuti :

A. Metode Training
1. Indoktrinasi
Training bersifat satu arah dan berdasarkan satu agama yang otoritas/ kebenarannya dianggap hampir mutlak. Selain itu doktrin training ini yaitu “hapuskan semua, termasuk literatur (yang pernah dibaca), agar dapat menerima pencerahan dan manfaat dari training” mengarah pada brainwashing (inducing a person to modify his/her beliefs, attitude or behavior by conditioning things in various forms of pressure).

2. Hipnosis
Sekitar setengah dari materi training disampaikan dalam suasana gelap; peserta diminta duduk di lantai, menutup mata, mengingat masa lalu atau dosa-dosa, trainer menyampaikan kisah-kisah agama atau kisah cengeng lainnya untuk menarik emosi peserta agar merasa bersalah, berdosa besar dan melupakan rasionya, kemudian trainer membentak-bentak peserta agar mengaku dosa, mengakui kebesaran Allah dan meneriakkan namanya keras-keras, bersujud beberapa menit, diiringi tangisan histeris perempuan trainer. Setelah selesai, ruangan terang kembali, peserta diajak bernyanyi, mengikuti permainan, bergembira, diberi hadiah-hadiah kecil, demikian berganti-ganti. Metode ini dapat disebut sebagai hipnosis.

B. Materi Training
1. Informasi yang bias
Untuk menumbuhkan spiritualitas berdasarkan pengetahuan akan betapa tidak berartinya manusia dalam alam semesta, training menggunakan penemuan dan gambar-gambar dari sains mutakhir (kosmologi). Namun disini sains diinterpretasikan sesuai doktrin agama untuk melegitimasi kebenaran tulisan dalam kitab suci, sehingga memberi kesan bahwa sains tidak bertentangan dengan agama bahkan telah tertulis di dalamnya. Informasi ini sangat bias, karena ayat-ayat yang tidak sesuai dengan temuan sains mutakhir (misalnya biologi) tidak disebutkan dan sains yang tidak sesuai dengan doktrin agama tidak diakui. Menyatakan gerakan benda langit dan ritual mengelilingi kabah sebagai hal yang sama yaitu bukti bahwa semua diciptakan Tuhan untuk bertasbih kepadanya adalah merupakan interpretasi agama dari pembuat training, namun bukan pengetahuan obyektif.

2. Agama sebagai satu-satunya sumber moralitas
Training menganggap moralitas hanya bisa diperoleh dengan adanya rasa takut kepada Allah yaitu hukuman Tuhan/ neraka dan harapan untuk memperoleh balasan/surga. Segala hal yang baik tidak peduli dari manapun datangnya dianggap merupakan perwujudan sifat Allah, dan segala perbuatan harus berdasarkan untuk Allah. Dengan demikian training telah menganggap manusia tidak dapat memiliki moralitas, integritas dan kebaikan tanpa bantuan Allah (agama). Hal ini tidak benar. Nilai-nilai dan moralitas bergerak sejalan dengan perkembangan peradaban. Moral yang berdasarkan pada ketakutan akan hukuman dan keinginan mencari balasan adalah penuh pamrih dan lebih rendah dari moralitas yang berdasarkan pengertian, martabat dan harga diri, yang tidak mengharapkan balasan apapun selain keinginan untuk berbuat baik dan bekerja keras. Agama memang telah membantu banyak orang dalam memberikan harapan, penghiburan dan petunjuk moral, akan tetapi agama juga telah banyak menimbulkan penindasan, pembunuhan dan peperangan, selain menunda kemajuan ilmu pengetahuan selama berabad-abad. Moralitas/nilai-nilai yang kita hargai saat ini seperti tiadanya perbudakan, diakuinya kebebasan berpendapat, berkeyakinan, kesetaraan gender, toleransi dll sebagian besar adalah hasil perjuangan para ilmuwan (yang memungkinkan dihapuskannya perbudakan) dan para pemikir bebas (yang memungkinkan agama dipisahkan dari negara sehingga menghasilkan kemajuan ilmu pengetahuan dan dunia yang lebih baik bagi lebih banyak orang), yang tidak terkungkung oleh dogma agama bahkan menolaknya.

3. Penggunaan ritual agama secara berlebihan
Dalam training, peserta diminta :
a. Mencontoh Nabi Ibrahim dalam mencintai Allah (padahal mungkin kisah tersebut pelajaran kepada bangsa Arab zaman dulu agar menghentikan kebiasaan memberi kurban persembahan anak laki-laki pertama),
b. Meniru gerakan ibadah haji (kaum penyembah berhala telah melakukan ibadah sejenis jauh sebelum muncul agama islam),
c. Ditunjukkan kehebatan bangsa Arab meluaskan wilayah dan memajukan ilmu pengetahuan (untuk apa membanggakan bangsa Arab zaman dulu? Apabila maksudnya agar umat Islam memiliki kebanggaan dan berusaha meraih kemajuan ilmu pengetahuan kembali, tentu caranya bukan dengan menanamkan kepercayaan buta kepada agama, melainkan mengajarkan berpikir kritis dan merdeka. Apabila mengajak untuk meluaskan ajaran Islam, maka berdasarkan contoh yang disajikan berarti dengan peperangan).

4. Penggunaan kesaksian dan keajaiban
Dalam satu sesi trainer menceritakan kisah seorang alumni training yang mendapatkan keajaiban (pertolongan Tuhan) karena menerapkan prinsip training, yaitu mengingat dan meminta pertolongan Allah pada saat genting. Selain itu dihadirkan pula kesaksian dua orang alumni training yang masih remaja. Ini adalah metode pengajaran agama biasa, yang mendasarkan kemampuannya mempertahankan dan menarik pengikut dengan kisah mujizat dan kesaksian. Dalam zaman modern ini, masyarakat tidak diajak berpikir rasional, tetapi masih dibujuk dengan keajaiban , tak ada bedanya dengan upaya nabi-nabi menarik pengikut pada ribuan tahun lalu.

5. Manajemen dan leadership
Materi dan suasana agama Islam konservatif sangat kental sehingga saya tidak melihat atau mendapat sesuatu yang baru tentang manajemen dan leadership, kecuali kalau yang dimaksud adalah bahwa untuk menjadi karyawan atau pemimpin yang baik harus selalu ingat dan takut pada Tuhan dan mengikuti 99 sifatNya.

Training ini sejalan dengan meningkatnya konservatisme yang dibiarkan berkembang oleh pemerintah dan semua pihak yang berwenang :
1. Tidak ada tindakan hukum atau komentar yang menyalahkan/menegur pelaku :
a. Penyerangan terhadap organisasi Islam liberal.
b. Penutupan jalan terhadap sekolah Kristen
c. Pembakaran rumah pengikut Ahmadiyah
d. Pelarangan melaksanakan kebaktian di rumah sendiri
e. Penutupan klenteng
f. Penyerangan terhadap fasilitas umum yang dianggap “maksiat”
g. Penyerangan terhadap rumah demonstran anti RUU APP
2. Dipaksakannya pembahasan RUU APP meskipun menimbulkan bibit perpecahan bangsa.
3. Dibiarkannya beberapa daerah (Bulukumba- Sulsel, Padang, Banten dll) menerapkan syariat Islam sesuai versi masing-masing.
4. Produksi dan penayangan sinetron agama yang berlebihan dan semakin bersifat takhyul.
5. Perlombaan pengkhotbah agama kanak-kanak di televisi.

Training ESQ, meskipun terdapat peserta dari agama lain, namun sangat bernuansa Islam konservatif, yang di luar training tercermin dari materi yang terdapat dalam majalah Nebula, pakaian perempuan panitia training, dan vcd yang dijual di luar ruangan training (Harun Yahya).
Selain itu, mengingat training ini juga memiliki kelas untuk anak-anak dan remaja, memberikan training gratis untuk guru, maka.. bayangkanlah akibatnya pada bangsa ini... betapa kerasnya agama membelenggu cara berpikir : dari pelajaran agama yang wajib diikuti rakyat seumur hidup (sejak SD s.d. univ.), tayangan televisi, ditambah dengan indoktrinasi agama model ESQ, sementara penyeimbangnya, yaitu organisasi, media massa, tayangan tv dan buku yang mengajak bersikap dan berpikir kritis, skeptik, rasional dan bebas tidak mudah diperoleh rakyat banyak, karena semua pihak terancam oleh rasa takut terhadap Islam konservatif, yang sewaktu-waktu siap menyerang dan memberi fatwa hukuman mati kepada siapapun yang berani berpikiran bebas dan kritis.
Hanya beberapa gelintir yang berani berpikir bebas disini, seperti Pramoedya, Gusdur, dan jika di Eropa atau AS para ilmuwan berperan besar menebarkan kebebasan berpikir dan rasionalitas kepada rakyat banyak, dimana ya para ilmuwan Indonesia?







22 comments:

Unknown said...

Meskipun saya kurang menyetujui training ESQ ini, saya tidak setuju dengan pendapat Anda.

ESQ memang training yang mementingkan faktor spiritual, atau norma agama. Jadi, memang, inti dari latihan itu sendiri adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah demi kehidupan yang lebih baik.

Beragama sendiri merupakan bentuk kebebasan berpendapat, bukan?

Agama Islam bukan agama yang tidak rasional. Agama yang menghengkang peradaban, melarang kebebasan berpendapat, dsb sebagaimana Anda tuliskan, apakah itu agama Islam? Bukankah itu Vatikan pada masa dahulu?

just my 2 cents. maaf kalo ada yang salah.

Anonymous said...

Komentar Anda terlalu jauh memasuki wilayah agama Islam. Janganlah memancing mancing reaksi umat Islam kalau Anda tidak mendalaminya lebih intens, seolah-olah Islam itu menakutkan. Lihatlah mereka-mereka yang mengikuti pengajian, berpakaian sopan, saling mengucapkan salam /selamat, bersalaman dengan damainya. Apakah hal itu menurut penilaian Anda membuat orang takut? Islam itu keras karena memang dikerasin orang lain, karena dia punya hak membela agamanya, kalau tidak ya damai dengan siapapun di dunia ini.
Mestinya Anda komentari saja ESQ Training, jangan melebar ke masalah agama segala, ini sangat sensitif, bisa memancing konflik. Mudah-mudahan Anda suatu saat mendapat petunjuk Allah.

Anonymous said...

Keikutsertaan Jaksa Agung Abdulrahman Saleh, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sjahruddin Rasul dan 60 Pimpinan Eksekutif Kepolisian RI (POLRI) sebagai peserta pelatihan.
Keistimewaan lainnya adalah kehadiran Wakil Ketua MPR AM Fatwa, Menteri Negara BUMN Sugiharto, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Taufiq Effendi, serta Wakil Ketua MPR AM Fatwa. Peserta lainnya yang hadir dari berbagai unsur golongan masyarakat juga membuat pelatihan kali ini menjadi istimewa. Di antaranya KH Didin Hafiduddin, Fuad Bawazier, Rektor Universitas Krisnadwipayana Rektor Universitas Krisnadwipayana, Prof Dr Maeman Halomoan Matondang SE MA, Eep Saifullah Fatah, KRMH Japto S Soerjosoemarno, dan sekitar enam tokoh dari Kristen dan Katolik seperti Edilson Sibarani (Kepala Divisi Bank Syariah Mandiri).Sebuah suasana yang kental dengan keindonesiaan.
Slogan "Bhinneka Tunggal Ika" bukan sebuah mitos belaka dalam Training ESQ Eksekutif angkatan ke-50, 18-21 Agustus lalu. Angkatan yang dijuluki "Angkatan Emas" ini dihadiri oleh berbagai elemen dan masyarakat di Indonesia. Semuanya membaur, dan nuansa persaudaraan begitu kental. ESQ telah menjadi oksigen tak berwarna, tapi kehadirannya begitu berperan bagi kehidupan berbangsa. ESQ menjadi perekat dan pemersatu bangsa. Inilah pelatihan yang kental dengan suasana keindonesiaan dan semangat Proklamasi Kemerdekaan yang baru saja kita rayakan.
AM Fatwa, yang berbicara pada pembukaan terkesan dengan nuansa 17-Agustusan itu. Ia memuji ESQ yang selalu berubah dan inovatif. "ESQ ibarat oksigen, karena mampu menyatukan semua elemen bangsa" ungkapnya. Bahkan Jaksa Agung Abdulrahman Saleh, saat sesi "Mencari Teman" berbaur dengan peserta lainnya mencari teman sebanyak-banyaknya, penuh antusiasme, tak ada jarak dengan masyarakat lainnya. Peserta lainnya kaget, tak menduga yang di hadapannya dan mengajak berkenalan adalah seorang Jaksa Agung.
Diawali dengan para Alumni Training Support (ATS) yang berbaris dan membawa bendera Merah Putih dan ESQ, dengan baju serba putih dengan kopiah nasional berwarna hitam dan pin merah putih. Mereka maju ke depan panggung, dan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Lantas, dalam sajian multimedia, muncul gambaran tentang sekilas perjalanan kemerdekaan, di antaranya slide para pahlawan seperti Jenderal Sudirman dan Bung Tomo, dan juga pembacaan teks proklamasi asli, dengan suara Bung Karno. Lagu Indonesia Pusaka, Padamu Negeri dan Syukur pun mengiringi, dan membuat para peserta tak kuasa menitikkan air mata. Mereka pun bersama-sama menyanyi lagu Hari Kemerdekaan.
Peserta pun berasal dari berbagai kalangan dan kelompok. Selain tokoh yang disebutkan diatas, hadir elemen kepolisian, yaitu 60 pimpinan Polri, di antaranya Kombes drs Sutarman (Kapolda Kepri), Brigjen Pol drs Halba R. Nugroho (Kapolda Kalsel), dan Kombes Pol Ibnu Sudjak (Wakapolda Bengkulu), serta Brigjen Pol Sjamsuddin Dja'far (Karo Binjah SDe SDM Polri). Hadir pula Ustadz Agus Darmawan, serta Pengamat Politik Eep Saifullah Fatah bersama istrinya Sandrina Malakiano.
Sekitar 850 peserta, semuanya memakai pin 6150, yang melambangkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia yang ke-61 sekaligus angkatan Eksekutif Nasional yang ke-50.
Para peserta training menyatakan bahwa mereka merasakan pencerahan dan penyegaran tentang kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, dan kecerdasan. Jaksa Agung Abdulrahman Saleh menyatakan bahwa materi dan metodologi ESQ sangat menarik dan berdampak positif bagi pesertanya. "Ini sebuah terobosan baru," tegasnya.
Sjahruddin Rasul, Wakil Ketua KPK, dengan tegas menyatakan bahwa konsep ESQ memberinya inspirasi untuk mengembangkan apa yang disebutnya dengan pendidikan anti korupsi seumur hidup. "Konsep ini berangkat dari keyakinan saya bahwa terjadinya korupsi karena adanya sebuah kekuasaan yang minus akuntabilitas.Sedangkan menurut saya sisi akuntabilitas ini, baik yang bersifat publik maupun spiritual, sangat penting karena akan menentukan sebuah kekuasaan akan membentuk good governance atau tidak. Ironisnya pada bagian akuntabilitas spiritual ini kita ternyata sangat kurang," tutur Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Akuntabilitas (2001-2003) ini. "Nah dengan adanya ESQ ini saya pikir inilah kesempatan untuk kita menutup kekurangan tersebut. Saya sangat yakin kalau nilai - nilai spiritualitas kita miliki, tak perlu lagi KPK. Polisi pun tak perlu kerja keras lagi," imbuhnya.
KH Didin Hafiduddin yang juga menjadi peserta juga menyatakan optimismenya. "Saya hanya bisa berdoa dan berharap mudah-mudahan Pak Ary dan teman-teman ESQ dan kita semua yang mengikutinya akan masuk dalam sebuah doa dari Umar Bin Khattab:"Ya Allah, jadikan kami dalam kelompok yang sedikit". Bukankah dalam al-Quran dijelaskan bahwa amat sedikit hamba-hambaNya yang bersyukur. Semoga kita masuk ke dalam golongan yang bersyukur, yang sedikit sedikit jumlahnya tapi mewarnai yang lain," jelas Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional itu. "Karena perubahan tak pernah terjadi melalui jumlah kelompok yang banyak. Perubahan terjadi melalui kelompok yang sedikit tapi konsisten. Kita berharap semoga ada jalan-jalan yang kita pikirkan bersama bagaimana konsistensi ini kita bangun bersama, dengan kegiatan setelah training," imbuhnya.
"Saya merasakan pengalaman yang sangat luar biasa sekali. Saya merasakan sedang diproses menjadi manusia baru," Eep Saifullah Fatah menyatakan. Fuad Bawazier merasakan banyak hikmah yang maknanya terasa dalam pelatihan ini. "Kita semakin yakin bahwa ternyata banyak hikmah yang tersimpan di balik kata - kata Allah dan selama ini kita tak tahu. Dulu orang kurang menyadari makna ayat-ayat al-Quran, tapi dalam perkembangan selanjutnya ternyata ilmu pengetahuan bisa membuktikan itu semua secara ilmiah," ujarnya.
Halba R Nugroho, Kapolda Kalsel, menyatakan, "Niat saya semakin kuat untuk membangun spiritualitas di kalangan anak buahnya. Secara personal, saya semakin sadar kalau polisi itu sangat mulia tugasnya. Bagaimana tidak, pekerjaannya adalah memberikan pengamanan kepada masyarakat. Polisi-polisi seharusnya bangga dengan profesinya, karena dia sudah mendapat kepercayaan untuk mewakili Allah di dunia,".
Dr H Fashbir Noor Sidin SE, MSPWakil Dekan III Fakultas Ekonomi Universitas Andalas (Unand) yang juga menjadi peserta menyatakan ingin menyebarkan ESQ dalam berbagai kegiatan dan kesempatan. " Saya ingin mendorong, tidak hanya mahasiswa baru, tapi seluruh mahasiswa, dosen, dan karyawan di Unand. Kita sepakat dengan Pak Rektor bahwa ini upaya baru untuk membangun kesadaran bersama untuk menyembah Allah," tegasnya. Training Eksekutif Angkatan ke-50 ini makin menegaskan peran ESQ sebagai perekat semua golongan. ESQ menjadi oksigen bagi seluruh elemen masyarakat. Dan "Bhinneka Tunggal Ika", dalam suasana Proklamasi Kemerdekaan, terwujud di sana. Semuanya mengarah pada satu visi: Indonesia Emas 2020.

Anda terlalu skeptis dan TENDENSIUS!! Jangan coba memancing-mancing reaksi kalau tidak tahu masalahnya.

Anonymous said...

semoga Allah memberikan hidayahNYA pada anda
salam

Anonymous said...

Saya belum pernah ikut training ESQ tapi pernah lihat di TV dan beberapa berita-berita, termasuk web site seperti anda miliki, dll.
Manusia dari jaman nabi Adam hingga sekarang dalam pencarian pencipta-Nya dengan berbagai cara, apakah itu melalui bentuk-betuk ritual seperti agama, kepercayaan atau hal-hal dengan istilah modern seperti liberalisai, demokrasi, dll. Silahkan diamati semuanya berhubungan dengan kebutuhan ekonomi untuk menunjang kegiatan tersebut. ESQ merupakan bagian dari hal-hal tersebut diatas, apakah salah?... seandainya anda memilih jalan lain dan anda katakan anda berusaha mencari kebenaran dengan sungguh2, inilah terbaik!... apakah saat ini anda salah?... Saya yakin anda mengambil bermacam-macam referensi tapi berhati-hatilah jika tidak memiliki pikiran/hati yang jernih, tidak kokoh dalam mengetahui ajaran-ajaran yang maha pencipta atas segalanya termasuk diri anda. Maka anda akan terjebak di dalam ke aneka ragaman dunia ini.

Anonymous said...

kalo ada 10 orang sepertianda di bumi indonesia ini, niscaya itu lah awal kehancuran indonesia, semoga anda mendapat hidayah dari YANG MAHA ESA

Anonymous said...

Kesalahan Anda adalah mengatakan bahwa ESQ berlebihan tapi Anda sendiri mengungkapkannya secara berlebihan. Namun begitu, menurut saya artikel ini cukup cukup bagus.

Salam.
www.guebukanmonyet.com

ATOKRA said...

Dear Rati,
Kamu cukup percaya diri dengan persepsimu seperti itu.
Saran saya, kamu baca beberapa referensi ini a/l:
1. "Aku beriman maka aku bertanya"
Serambi 2006 - Jeffrey Lang
2. "Aku menggugat maka aku kian
beriman"
Serambi 2006 - Jeffrey Lang
3. "Muhammad" Kisah hidup Nabi
berdasarkan sumber klasik.
Serambi 2006 - Martin Lings

Mudah-mudahan dapat meluruskan ketidakpahamanmu. Dan Semoga Allah senantiasa tetap mencurahkan Rahmat dan HidayahNya kepadamu.

My Mind said...

Rati, aku dulu sama kayak kau. Apalah Islam nih! Gak bebas! Aku juga hedon. Tapi juga jauh sebelum aku ikut ESQ aq mulai berpikir. Kenapa cewek harus pakai jilbab dan menutup auratnya? Saat kulihat mereka aku gak punya nafsu apa2 sama mereka. Beda dengan cewek seksi yang sering nongkrong di kelasku. Aku punya nafsu dan pikiran kotor yang bisa2 ngebuat aq jadi buronan pemerkosa wanita.

Aku pun mulai mempelajari Islam dari orang2 sekitarku. Entah kenapa aku jadi berpikir. Kenapa bumi ini ada? Kenapa aku hidup? Pohon gak bakalan jadi perahu tanpa ada yang ngebuatnya, bukan?

Tidakkah kau bayangkan panasnya api neraka yang bahkan panasnya api dunia aja kau gak berani memegangnya?

Aku gak bisa membencimu, karena Rasul aja gak membenci orang2 yang melemparinya dengan batu melainkan mendoakannya agar mendapat hidayah.

Semoga suatu hari Allah membukakan pintu hatimu.

Catatan: Aq gak nangis saat di ESQ membicarakan tentang cinta kita pada Allah kayak peserta lainnya yang nangis. Aku gak tau kenapa. Mungkin cinta itu belum masuk ke hatiku, tapi aku akan terus mencari cinta itu. Karena cinta pada Allah yang paling abadi. Sedang cinta pada pacar...gimana kalau dia berkhianat? Allah tidak akan berkhianat karena dialah yang menciptakan kita.

Chandra Wirapati said...

Apakah Emotional and Spiritual bisa di quotation ? Kalau seseorang di test EQ dan hasilnya jelek apakah ia langsung potential menjadi Bad Leader ? Dalam aspek apa ? Kalau spiritual, SQ, dasar kebenaran yang mana yang dipakai sebagai dasar dan prinsip "berspirit" ? Kalau faktanya doktrin agama berbeda-beda, sejak ribuan tahun, bahkan sesama Islam atau sesama Kristen, apa dasar pemilihan salah satunya sebagai bahan ESQ ? Dulu Intelektual saja cukup, sekarang Emotion dan Spiritual. Nanti apa lagi yang mau di quotient ? Unconscious quotient , Faith quotient , Will quotient , Quastioning quotient ? Love quotient ? Apa perlu Sexual quotient juga ? Sedang apa kita dengan quotient2 itu ? Hmmm ... nggak ngerti. Mungkin saya sudah perlu IQ Test ulang sekarang ...

peranita said...

hmm..aku salah satu orang yang mual saat training ESQ heheheeh.
susyah nyambungnya...
untunglah gak jadi pelajaran wajib di sekolahan..

but, hebat juga pemasaran Ary ginanjar yah? ato emang agama emang dagangan laris manis ;)

Rati...gpp lah klo ada yang suka ESQ, sepanjang alumninya menabur keselamatan di muka bumi...(tentunya tak pandang agama apapun)

salam kenal

RC said...

Well done..
plok plok plok
ESQ, sedih juga kalau dilihat kontentnya
dilihat dari judulnya sudah meragukan
saya pernah membaca buku Ary dan isinya berputar pada masalah penerapan rukun iman dan rukun islam di kehidupan sehari2
sedihnya karena ada islam disitu semntara pabelnya adalah ESQ, seolah2 orang yang memiliki ESQ tertinggi haruslah islam
belum lagi kontroversi Q itu sendiri. Tidak saya temukan pendefinisian yang jelas sesuai dengan Q. Q adalah Quotient, hasil bagi. Dimana kuantitasnya, dimana ukurannya. Gak ada. Beda sekali dengan IQ yang jelas memiliki kuantitas terukur. Disini peletakkan huruf ESQ benar2 salah kaprah. Saya berandai2, jangan2 Ary seorang ber IQ rendah. (Terlihat dengan tidak dimasukkannya I ke dalam ESQ.)
Dan pembahasan mendalam saidara rati mengenai content dari trainingnya benar2 menarik untuk di baca. Saya memang belum pernah mengikuti training ESQ. Tapi bila dicermati dari muatan2 hal ini sesuai dengan metode yang membatasi kebebasan berpikir karena pemaksaan kehendak.
Sebagai dukungan saya akan membuat pembahasan sejenis mengenai content ESQ training.
Terima kasih atas aspirasinya dan maju terus pemikir bebas indonesia.

Edvan M Kautsar said...

ESQ tidak memakai I karena di dalam training itu kita tidak diajarkan IQnya itu... mengapa ? karena pihak ESQ pun sudah yakin bahwa orang Indonesia sudah terlalu sering mempelajari IQ.. sampai2 disuruh buat pemandangan semuanya gambar gunung... nah oleh karena itu di training ESQ, kita akan menyatukannya...

yg pertama adalah IQ yg biasa kita dapatkan, lalu ditambah dengan EQ dan SQ yang akan kita dapatkan saat training...

Salam165

Anonymous said...

commentnya rati gmn setelah menmbaca komentar pro dan kontra yang ada???

Demi matahari dan cahayanya dipagi hari
dan bulan apabila mengiringinya
dan siang apabila menampakkannya
dan malam apabila menutupinya
dan langit serta pembinaannya
dan bumi serta penghamparannya,
dan jiwa serta penyempurnaannya.

Rati said...

rati @ 56prof:
Memprihatinkan.
(Semua komentar pro termuat disini, tapi banyak komentar kontra tidak dapat saya tampilkan untuk menjaga kepatutan blog ini; a.l karena menunjukkan kebencian dengan kekejian – misalnya: darah anda ha*** un*** a***** di j****, emosi yang meniadakan kesopanan, atau kekurangan pengetahuan yang menyedihkan. Ya, meskipun hal itu menunjukkan jiwa sebenarnya dari mereka yang suka menyombongkan diri lebih beriman dan berpengetahuan).

doko utomo said...

Rati...yang pasti baik hati...aq blm pernah ikt ESQ, tapi aku yakin lepas dari bisnis ato appn ini adalah salah satu cara untuk pencerahan bangsa ini. Rati yang besar hati....aku g taui apa latar belakangmu yang pasti Berkomentarlah saat kamu paham..
Ngomonglah pada saat kamu tau....
jelaskanlah pada saat kamu ngerti...
Semoga Allah membuka rasti yang baik hati, untuk tidak berkomentar untuk yang Rasti g ngerti.....
Mohon maaf ini karena aku menghargai rati sebagi sahabat...

Anonymous said...

ASALAMUALAIKUM WAHAI SADARAKU

Jika saudara Muslim saya samapaikan semoga ALLAH membukakan pintu hati SAudara. Namun jika Saudara Non Muslim maka kami ucapkan terima kasih atas kritik Saudara terhadap ESQ, namun perlu dingingat Islam bukanlah agama yang tidak rasional, bukan agama yang keras, Seluruh Nabi yang diturunkan kedunia ini juga semua dihinakan, dicaci, bahkan ada beberapa yang dibunuh karena membawa ajaran yang tidak sesuai dengan kebiasaan dan akal fikiran umat manusia waktu itu. ESQ hanyalah salah satu jalan untuk mengingat apa yang telah diajar oleh ROSULLULLAH, dan itu adalah islam yang berati selamat, Sedangkan untuk umat lain yang mengikuti training ESQ itu bukan tujuan untuk mendoktin mereka tetapi sebatas untuk dapat menerapkan apa yang islam ajarkan dalam kehidupan sehari hari.
terima kasih Saudaraku
semoga anda diberkahi.

Rati said...

rati@doko utomo:

Terima kasih atas nasihatnya. Sebaiknya anda mengikuti sendiri ESQ, agar mengerti apa yang saya maksudkan. Saya memahami apa yang saya tulis, justru karena saya juga muslim.

Anonymous said...

hanya ingin mengingatkan @Rati
apa yang telah anda sampaikan sungguh merupakan belenggu berfikir yang sungguh berat anda pikul, kebebasan berfikir anda itulah yang belum bisa terbebas dari belenggu. apakah tidak pernah anda ketahui bahwa anda sedang terdogma oleh pikiran anda sendiri serta yang mempengaruhinya..... semoga diberikan kemudahan bagi anda untuk melepas belenggu dogmatis itu

inaian said...

Rati,,saya juga termasuk orang yang pernah mengikuti teraining tersebut. waktu itu kita dikumpulkan dalam satu ruangan aula, ber AC, duduk di korsi, dengan sound system dahsyat, dan dengan infokus yang layarnya seabreg gedenya (kalo mati listrik gimane tuh...??).

kemudian, ketika "prosesi" training dimulai saya melihat dan merasakan ada hal2 yang kurang berkenan pada diri saya. timbul pertanyaan seperti,,

apakah ini sebuah indoktrinisasi kelompok tertentu bernama (ESQ)..?

apakah label "islam" diangkat dalam training supaya lebih "laris" dan aksesnya lebih mudah...?

walaupun ada peserta dari agama lain naumn ia seperti mau tak mau ikut aturan mainnya training ini,,agar ia tertarik bersyahadat atau tujuan apa..?

apakah ini aliran agama "baru" kah(ESQ) yang dengan jargon 165 nya..?

apakah ini layaknya pesantren atau lembaga pendidikan yang memiliki ijazah kelulusan seperti kita belajar di sekolahan..?

apakah ini satu2nya "the way" untuk mengenal islam..?

apakah dengan menangis dinilai sukses..?

apakah "efek mozart" nya yang membuat kita merinding,,dengan lagu YANNI nya..(bukan karena lafat Allah)?

apakah teriak2 dengan gelegar suara itu adalah senjata mautnya training ini..? (Saya punya trauma masa lalu dengan suara2 gelegar!)

lalu flow training yang ntar serius, nangis, ketawa, galak2an, nangis lagi, tobaat,..??(macem ospek kampus)

Pak Ary Ginanjar,,,saya agak heran dangan beliau...? entah,,,hanya perasaan saya saja mungkin...

dan lain sebagainya.

oke,,untuk tujuan saya tidak perlu meragukan (insyaAllah tujuan training ini mendekatkan kepada Allah) tetapi dalam cara penyampaiannya saya agak takut dan heran, karena seperti ada semacam "organisasi" kuat dan mengakar yang punya cabang dimana2 dan menyebarkan fahamnya (dengan label islami. -apapun tempatnya, siapapun orangnya, maka ikutlah training ESQ, supaya akan "mengenal" Tuhannya lebih lanjut-,,,nah lho....? emangnya kalao kita join ESQ dengan training singkat dapet jaminan begitukah..? saya agak heran dan memang kurang sepakat dengan cara2 demikian. lagipula investasinya juga cukup tinggi dan efek "materi" yang disampaikannya juga tidak bergaransi lama. saya akui memang,,,masih banyak orang2 yang berhati keras (seperti saya mungkin) yang kadang tidak mempan dengan satu senjata, tapi -mungkin- dengan senjata lain malah bakal luluh,,artinya,, mungkin tidak dengan training ESQ hati saya terbuka, tapi insyaAllah dengan pengalaman yang justru sangaaat sederhana sekalipun pintu hati saya bisa terbuka (atas izin Allah tentunya..!)

penilaian pribadi saya,,antara menyesal dan tidak menyesal telah mengikuti training ini,,tetapi saya merasa cukup senang, karena dalam hidup,,dalam tiap detik, apapapun yang kita rasakan adalah pelajaran baru bagi kita.

demikian, Semoga rahmat Allah tercurah kepada kita semua.
terimakasih.

Anonymous said...

http://esqsesat.blogspot.com

Anonymous said...

Aslm.
Buat tmen2 atau sodaraku yang non muslim trimakasih atas sarannya, yang saya lihat dalam training ini lebih k moral, mungkin sodaraku no muslim yg sudah pernah mengikuti silahkan ambil pelajaran yg baiknya saja yg bisa diterpakan seperti, jujur, tanggungjawab, disiplin, visioner, kerjasam, adil peduli dsb. Buat tmen2 sodaraku yang muslim trimakasih juga atas kritik dansaran'y. kita disini semua bersaudara, bangsa Indonesia. Mari tmen2 semua saudaraku kita bangun bangsa tercinta kita ini k arah yang lebih baik. Ya rabb. mdh2n hati kami tidak Engkau butakan amin...
Wasalam.